Madura adalah sentra produksi garam penting di Indonesia, tetapi beberapa diantaranya masih menggunakan tambak konvensional yang sering kehilangan potensi karena rembesan dan cuaca. Penggunaan geomembrane (lapisan HDPE) di dasar tambak mencegah kehilangan air, mempercepat penguapan, dan secara konsisten meningkatkan kualitas kristal garam menurut studi lapangan dan publikasi teknis.
Beberapa analisis lapangan menunjukkan peningkatan produksi dan kualitas pada tambak beralas geomembrane — misalnya hasil survei matched‑samples menunjukkan rata‑rata produksi lebih tinggi pada lahan bermedia geomembrane dibanding non‑geomembrane.
Salah satu petani pengguna geomembrane kami juga menyampaikan produksinya meningkat hingga 2x lipat atau 50%, dalam keterangannya saat bertemu dengan team lapangan kami (Marzuki, Madura, 2025) Angka kenaikan bervariasi tergantung kondisi lokal, manajemen air, dan kualitas pemasangan.
Artikel ini membahas bagaimana geomembrane untuk tambak garam Madura menjadi terobosan penting yang membawa perubahan besar.
Tambak Garam Konvensional Sering Kehilangan Potensi Karena Rembesan Tanah
Salah satu kendala utama pada tambak garam tradisional adalah tingginya tingkat rembesan air ke dalam tanah. Tanpa pelapis kedap air, air laut yang menjadi bahan baku pembuatan garam akan terserap oleh pori-pori tanah dasar tambak. Akibatnya, proses kristalisasi menjadi tidak maksimal, dan garam yang dihasilkan tercampur tanah, baik secara visual maupun kandungan mineralnya.
Selain mengurangi volume hasil panen, rembesan ini juga membuat kualitas garam menurun, seperti warna yang lebih gelap dan kandungan kotoran yang tinggi. Produk dengan kualitas seperti ini tentu sulit mendapatkan harga yang tinggi di pasar yang semakin mengedepankan standar mutu.
Lapisan Geomembrane Membantu Mengunci Air dan Mempercepat Proses Penguapan
Geomembrane adalah lembaran plastik berlapis khusus yang dipasang di dasar tambak untuk mengunci air laut agar tidak merembes ke dalam tanah. Dengan permukaan yang rata dan tahan air, geomembrane menciptakan kondisi yang lebih stabil untuk proses pemanenan garam. Sedangkan warna hitam pekat pada geomembrane mampu menyerap panas matahari dan mempercepat proses kristalisasi. Tanpa adanya air yang terserap ke dalam tanah, proses evaporasi atau penguapan berlangsung lebih cepat dan merata.
Petambak dapat mengontrol siklus produksi dengan lebih presisi, dan menghindari kehilangan waktu karena pengeringan yang tidak optimal. Hal ini berdampak langsung pada efisiensi dan hasil produksi. Untuk mengetahui perbedaannya lebih lanjut, simak penjelasan berikut:
Lihat postingan ini di Instagram
Hasil Garam Lebih Banyak dan Lebih Putih Dibandingkan Tambak Tradisional
Keunggulan paling nyata dari penggunaan geomembrane adalah pada peningkatan kualitas dan kuantitas hasil garam. Tanpa tercampur kotoran atau lumpur dari tanah dasar, kristal garam yang terbentuk menjadi lebih putih, bersih, dan kandungan mineralnya tetap terjaga serta lebih mudah dipanen.
Berdasarkan grafik diatas, menurut jurnal penelitian Zainal Arif, dkk (2018) menunjukkan bahwa penggunaan geomembrane sebagai media produksi terbukti meningkatkan kualitas dan harga jual garam rakyat di Madura. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) masing-masing kabupaten pada tahun 2015, total produksi garam di Madura mencapai lebih dari 900 ribu ton. Kabupaten Sampang tercatat sebagai penyumbang terbesar dengan produksi mencapai 466.200 ton, diikuti oleh Sumenep sebanyak 229.548 ton, Pamekasan sekitar 199.356 ton, dan Bangkalan dengan 17.000 ton. Luas lahan garam yang tersebar di empat kabupaten ini turut memperkuat posisi Madura sebagai daerah utama penghasil garam di Indonesia.
Kini, dengan penerapan teknologi seperti geomembrane, potensi itu semakin dimaksimalkan. Alhasil, adanya peningkatan hasil hingga 40–50% setelah beralih ke geomembrane, karena kualitas garam yang dihasilkan tidak lagi tercemar oleh tanah atau material asing. Efisiensi waktu panen juga meningkat berkat proses evaporasi yang lebih optimal, sehingga membuka peluang bagi petambak Madura untuk bersaing di pasar nasional hingga industri.
Penggunaan Geomembrane Membuka Peluang Produksi di Musim Tak Terduga
Salah satu tantangan besar bagi petambak garam di Indonesia adalah ketergantungan terhadap musim kemarau. Pada musim hujan atau saat cuaca tidak menentu, tambak konvensional umumnya tidak bisa beroperasi karena air hujan mencemari larutan garam dan memperlambat proses kristalisasi.
Namun dengan penggunaan geomembrane, kini mulai dikembangkan sistem tambak garam tertutup seperti sistem tunnel atau rumah garam. Teknologi ini membantu petambak untuk tetap memproduksi garam di luar musim, dengan perlindungan terhadap hujan dan kelembaban udara. Dengan demikian, geomembrane bukan hanya meningkatkan kualitas saat musim kemarau, tetapi juga membuka peluang produksi sepanjang tahun, meningkatkan keberlanjutan usaha tambak garam secara signifikan.
Meski sistem tunnel ini belum banyak diterapkan oleh Petani Tambak Garam Madura sendiri, namun kiranya ini bisa menjadi alternatif untuk menyiasati perubahan ekstrim cuaca saat ini. Sistem tunnel sendiri sudah mulai banyak di aplikasikan di beberapa daerah seperti di Lamongan, Kebumen dan Malang. Para petambak garam tersebut telah membuktikan bagaimana inovasi ini berhasil menghasilkan garam berkualitas tanpa ketergantungan cuaca.
Baca selengkapnya: Hasilkan Garam Kualitas Tinggi Dengan Tunnel Garam “Tunnel 3”
Tambak Garam di Madura Bertransformasi ke Teknologi Modern Berkat Geomembrane
Madura dikenal sebagai salah satu sentra produksi garam terbesar di Indonesia. Transformasi dari sistem tambak tradisional menuju tambak berteknologi modern kini mulai terlihat berkat adopsi geomembrane secara bertahap.
Semakin banyak petambak yang menyadari bahwa peningkatan kualitas tidak selalu membutuhkan perluasan lahan—tetapi dapat dimulai dari perbaikan sistem dasar tambak, seperti pelapisan dasar kolam dengan geomembrane. Hasilnya, petambak Madura kini tidak hanya lebih produktif, tetapi juga lebih siap memenuhi permintaan pasar dengan standar mutu yang lebih tinggi.
Kesimpulan
Transformasi pengelolaan tambak garam di Madura dari sistem tradisional menuju teknologi modern menjadi bukti bahwa inovasi sederhana seperti penggunaan geomembrane dapat memberikan dampak besar. Tidak hanya membantu mencegah rembesan dan mempercepat proses penguapan, tetapi juga meningkatkan kualitas dan volume produksi secara signifikan.
Dengan dukungan teknologi geomembrane untuk tambak garam, para petani garam Madura dapat menikmati hasil panen yang memuaskan. Langkah ini tidak hanya membawa keuntungan ekonomi bagi petani, tetapi juga memperkuat posisi garam lokal di pasar nasional.
Dukung Tambak Garam Berkualitas dengan Geomembrane Berkualitas Tinggi
Inovasi sederhana seperti penggunaan geomembrane ternyata memberikan dampak yang besar dalam dunia pertambakan garam. Tak hanya itu, dengan memilih geomembrane berkualitas tinggi juga menjadi langkah penting bagi para petambak garam agar dapat meningkatkan hasil panennya secara signifikan tanpa khawatir kualitas menurun.
Gunakan produk Geoprotec, geomembrane produksi KTG Indonesia yang mampu bertahan lebih dari 5 tahun di kondisi iklim tropis seperti di pesisir Madura dan lebih lentur sehingga tidak mudah sobek saat proses pemasangan dan penarikan di lahan garam. Hubungi tim kami dan mulailah hari ini untuk solusi masa depan pertambakan garam.
Kencana Tiara Gemilang
Jl Raya Surabaya Malang Km. 77 Singosari – Malang, 65153 East Java, Indonesia
Email : info@ktgindonesia.com
Telp : +62 341 456 531
Fax : +62 341 456 363
Tokopedia: KTG Indonesia Official
Shopee: ktgindonesia