Budidaya udang menjadi salah satu sektor penting perikanan di Indonesia. Namun, penyakit mematikan sering kali menjadi ancaman serius bagi para petambak. Salah satunya adalah Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND). AHPND adalah penyakit berbahaya pada udang yang menyerang organ hepatopankreas dan dapat menyebabkan kematian massal hanya dalam hitungan hari. Pertama kali ditemukan di Tiongkok pada tahun 2009, penyakit ini kemudian menyebar ke berbagai negara Asia, termasuk Indonesia, dan hingga kini masih menjadi momok bagi budidaya udang.
Pada artikel ini, kita akan membahas secara lengkap tentang AHPND. Mulai dari penyebab, gejala, cara penyebaran, hingga langkah pencegahan yang bisa dilakukan agar tambak udang tetap sehat dan produktif.
Apa itu AHPND?
AHPND adalah Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease, penyakit mematikan pada udang yang disebabkan oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus. Penyakit ini juga dikenal sebagai Early Mortality Syndrome (EMS) karena menyerang pada tahap awal budidaya, terutama saat udang berusia 10–30 hari. Serangan AHPND merusak organ pencernaan udang, yaitu hepatopankreas, sehingga udang cepat lemas, berhenti makan, dan berujung pada kematian massal.
Penyakit ini pertama kali dilaporkan di China tahun 2009, lalu menyebar ke Vietnam, Malaysia, Thailand, Bangladesh, Filipina, Meksiko, hingga akhirnya masuk ke tambak-tambak di Indonesia. Dampaknya bukan hanya mengancam kesehatan udang, tetapi juga menimbulkan kerugian besar bagi pembudidaya karena tingkat kematian bisa mencapai 40–100% hanya dalam waktu 4 hari.
Penyebab AHPND
Dari hasil penelitian, AHPND terjadi akibat toksin yang diproduksi oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus (Vp AHPND). Bakteri ini menyerang hepatopankreas, organ penting untuk pencernaan dan metabolisme udang.
Beberapa faktor yang memperparah penyebaran penyakit ini antara lain:
- Penggunaan induk, larva, atau benur dari daerah yang terinfeksi.
- Kualitas air yang buruk dan tidak dikelola dengan baik.
- Padat tebar udang yang terlalu tinggi.
- Stres pada udang, misalnya akibat pemindahan atau perubahan lingkungan yang mendadak. Untuk mengetahui lebih dalam, Anda dapat membaca artikel Awas !!! 3 Faktor Ini Bikin Udang Stres !!
Jenis udang yang paling rentan terinfeksi adalah udang windu dan udang vaname.
Gejala AHPND pada Udang
Gejala AHPND dapat dikenali dari perubahan fisik maupun perilaku udang:
Fisik:
- Hepatopankreas tampak pucat, menyusut, atau tidak berkembang.
- Usus kosong karena tidak ada makanan yang masuk.
- Kulit atau cangkang udang menjadi lebih lembek.
- Muncul bintik hitam pada hepatopankreas.
Perilaku:
- Gerakan larva menjadi lemah.
- Nafsu makan berkurang, bahkan tidak mau makan.
- Udang berenang berputar atau tidak normal.
- Udang lemas, kemudian mati dan tenggelam ke dasar kolam.
Kematian mendadak bisa terjadi pada lebih dari 30% populasi larva atau post-larva hanya dalam beberapa hari.
Penyebaran AHPND
Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat melalui berbagai jalur, antara lain:
- Indukan yang terinfeksi, menularkan bakteri kepada telur atau larvanya.
- Pakan alami maupun segar seperti artemia, plankton, kerang, atau cumi yang terkontaminasi.
- Air tambak, sebagai media alami yang mudah tercemar bakteri maupun patogen lain.
Kontaminasi bisa terjadi tanpa disadari, terutama jika pengelolaan biosecurity tambak tidak dilakukan dengan ketat.
Tambak yang Berisiko Tinggi Terkena AHPND
Tidak semua tambak memiliki tingkat kerentanan yang sama. Beberapa kondisi tambak yang berisiko tinggi terkena AHPND antara lain:
- Padat tebar lebih dari 100 ekor per meter persegi.
- Salinitas tinggi, di atas 20 ppt.
- Kualitas air buruk dan tidak terkontrol.
- Persiapan tambak yang tidak sempurna.
- Pakan dengan kualitas rendah.
- Oksigen terlarut (DO) terlalu rendah.
Dampak AHPND
Dampak yang ditimbulkan AHPND sangat serius, baik secara biologis maupun ekonomi.
- Kerugian besar bagi petambak karena kematian massal hingga 100%.
- Gagal panen yang menyebabkan penurunan drastis produksi udang.
- Penurunan ekspor udang di negara-negara yang terdampak wabah.
Oleh karena itu, pencegahan menjadi kunci utama dalam menghadapi AHPND.
10 Langkah Pencegahan AHPND
AHPND sulit diobati, sehingga langkah terbaik adalah pencegahan sejak awal. Berikut 10 cara yang bisa diterapkan petambak:
- Persiapkan wadah budidaya dengan benar, mulai dari desinfeksi, pengolahan, hingga pengeringan.
- Hindari penggunaan larva, benur, pakan alami, atau indukan dari lokasi/negara terdampak AHPND.
- Tidak menggunakan indukan dari tambak yang punya riwayat AHPND.
- Gunakan pakan dan probiotik terdaftar di KKP sesuai aturan.
- Terapkan biosecurity secara ketat dan konsisten.
- Jaga kualitas air (pH, suhu, DO, salinitas, nitrit, bahan organik).
- Terapkan standar CPIB dan CBIB (Cara Pembenihan Ikan yang Baik dan Cara Budidaya Ikan yang Baik).
- Kelola limbah budidaya dengan sistem pengolahan yang tepat.
- Lakukan monitoring rutin terhadap air, sedimen, pakan, larva, benur, hingga induk udang.
- Segera laporkan indikasi AHPND ke petugas UPT DJPB, UPT BKIPM, Dinas Perikanan, POSIKANDU, atau penyuluh perikanan.
Kesimpulan
AHPND adalah penyakit udang berbahaya yang bisa menimbulkan kerugian besar bagi budidaya. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus yang menyerang hepatopankreas, dengan tingkat kematian mencapai 100% hanya dalam hitungan hari.
Mengenali penyebab, gejala, dan cara penyebarannya sangat penting agar petambak bisa melakukan pencegahan sedini mungkin. Dengan menerapkan manajemen tambak yang baik, biosecurity ketat, serta langkah pencegahan di atas, risiko serangan AHPND dapat diminimalisir.
Jika Anda menemukan tanda-tanda AHPND di tambak, segera lakukan tindakan cepat dan laporkan kepada pihak berwenang agar tidak menimbulkan kerugian lebih luas.
Cegah AHPND dengan Geomembrane
Mencegah AHPND tidak hanya bergantung pada pakan dan benur yang sehat. Kualitas lingkungan tambak juga punya peran besar. Air harus tetap bersih dan stabil. Dasar tambak perlu terlindungi agar tidak mudah tercemar bakteri. Di sinilah penggunaan geomembrane menjadi penting. Lapisan ini membantu menjaga air lebih terkontrol dan mengurangi risiko kebocoran. Dengan kondisi tambak yang lebih stabil, potensi serangan penyakit juga bisa ditekan. Untuk kebutuhan tersebut, Anda bisa menggunakan Geomembrane Geoprotec. Produk ini dirancang khusus untuk tambak budidaya. Fungsinya menjaga kualitas air, melindungi dasar tambak, dan menciptakan lingkungan yang sehat bagi udang agar hasil panen lebih optimal.
Kencana Tiara Gemilang
Jl Raya Surabaya Malang Km. 77 Singosari – Malang, 65153 East Java, Indonesia
Email : info@ktgindonesia.com
Telp : +62 341 456 531
Fax : +62 341 456 363
Tokopedia: KTG Indonesia Official
Shopee: ktgindonesia