Malang – Semakin banyaknya populasi manusia akan berdampak pada meningkatnya jumlah sampah yang ada. Resiko semakin banyaknya sampah ini adalah konsekuensi dari adanya aktifitas manusia dan perubahan gaya hidup. Hampir seluruh aktifitas manusia akan meninggalkan sampah pada akhirnya. Jenis sampah yang tertinggalpun bermacam-macam, mulai sampah yang mudah terurai hingga yang membutuhkan puluhan tahun tahun untuk terurai secara alami. Tempat Pembuangan Sampah (TPA) sebagai muara akhir pada akhirnya akan menjadi berkumpulnya sampah dari berbagai daerah dan akan timbul gunungan sampah yang membawa berbagai zat kimia berbahaya.

Tempat Pembuangan Sampah (TPA) di Indonesia sebagian besar menggunakan sistem Open Dumpling dimana sampah dibiarkan terbuka dan dihamparkan pada suatu lokasi. Selain berbahaya karena rawan terjadinya lonsgoran sampah, bahan kimia yang timbul dan tersebar akibat tumpukan sampah tersebut juga tidak baik untuk kesehatan manusia dan lingkungan sekitar. Pencemaran yang timbul akibat tumpukan sampah yang belum di daur ulang di TPA akan tersebar melalui udara dan tanah.

Pencemaran udara yang timbul akibat tumpukan sampah di TPA muncul karena gas yang timbul akibat proses proses dekomposisi anaerobik. Proses tersebut menghasilkan gas yang dapat beracun yang bau dan merusak kualitas udara di sekitar TPA. Gas ini berbahaya untuk kesehatan manusia karena pada kadar yang rendah dapat mengakibatkan iritasi mata, hidung dan tenggorokan  dan pada kadar tinggi bias menimbulkan hilangnya kesadaran hingga kematian.

Pencemaran tanah juga tidak lepas dari dampak yang timbul dari zat kimia dari TPA. Lindi merupakan limbah cair dari suatu tempat penimbunan sampah padat atau air rembesan dari hasil dekomposisi sampah padat yang terakumulasi pada timbunan sampah yang mengandung zat beracun dan bakteri. Proses terbentuknya lindi dapat terjadi karena air limbah bawaan sampah atau karena faktor eksternal seperti air hujan yang jatuh pada lokasi penimbunan sampah. Kontaminasi yang ada di dalam lindi tergantung pada komposisi sampahnya dan simultan fisik, kimia dan biologi di dalam timbunan sampah.

Banyak dampak negatif yang dirasakan masyarakat sekitar TPA apabila lindi tersebut mencemari lingkungan baik terserap melalui tanah ataupun saluran air. Dari segi kesehatan, lindi yang meresap ke dalam tanah akan bercampur dengan air dalam tanah ataupun sumber air lainnya di mana air tersebut banyak di manfaatkan masyarakat untuk kegiatan sehari-hari. Dampak kesehatan yang terjadi bisa mengakibatkan penyakit kulit hingga pencernaan. Dampak buruk lain dari lindi yang mencemari lingkungan adalah rusaknya sawah / kebun milik petani karena air irigasi yang tercemar.

Pengelola TPA harus sudah mulai sadar akan bahayanya pencemaran zat kimia yang bersumber dari gunungan sampah tersebut. Selain lebih mengefektifkan kegiatan daur ulang sampah dan pemanfaatan sampah menjadi hal yang bisa di manfaatkan oleh masyarakat, sampah yang masih tertumpuk juga harus di simpan dengan benar. Salahsatu cara paling efektif adalah menggunakan Geomembrane sebagai alas pembatas antara tanah dan tumpukan sampah di TPA. Sifat Geomembrane yang kedap terhadap benda cair maupun padat akan melindungi tanah dari sampah dan rembesan lindi. Sehingga, dengan menggunakan Geomembrane selain mempermudah dan menjaga keamanan untuk proses penampungan sampah di TPA, Penggunaan Geomembrane juga melindungi lingkungan dari resiko pencemaran lingkungan oleh zat kimia khususnya lindi yang berasal dari tumpukan sampah. Tidak hanya untuk alas pembatas antara tumpukan sampah dan tanah, Geomembrane juga dapat dijadikan alas untuk kolam penampungan limbah sampah yang akan diolah kembali sehingga limbah akan terbendung dengan aman tanpa resiko bocor.