Malang – Walaupun Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki garis pantai yang panjang, untuk urusan garam, Indonesia masih harus melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ternyata tidak serta merta sebagai negara maritim membuat garam produksi Indonesia dapat terserap pasar apalagi pasar industri merupakan pasar paling besar dalam penyerapan garam. Terdapat faktor faktor penghambat yang membuat garam lokal tidak terserap dengan maksimal.
Faktor pertama adalah tidak semua lokasi bisa dijadikan tempat untuk dijadikan tambak garam. Dari total 99.093 km panjang garis pantai di Indonesia, hanya sekitar 250 km2 atau 26.024 Ha yang cocok untuk dijadikan lahan bertambak garam
Faktor kedua adalah faktor cuaca yang membuat hasil garam buatan lokal tidak bisa maksimal. Tingkat kelembaban yang tinggi ditambah musim hujan membuat kualitas garam dan kuantitas garam tidak dapat maksimal.
Faktor ketiga adalah Kualitas garam yang dihasilkan garam lokal tidak bisa memenuhi kebutuhan industry. Garam yang dibutuhkan untuk dapat terserap dalam sektor industry memeiliki spesifikasi yang tinggi, diantaranya adalah tingkat kebersihan garam serta kandungan NaCl yang tinggi.
Dari ketiga faktor di atas, salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah proses yang digunakan para petani garam di Indoneisa masih banyak yang menggunakan cara tradisional. Dengan cara ini, petani garam hanya mengandalkan sinar matahari dan cuaca yang cerah untuk bisa bertambak secara maksimal. Alas yang masih banyak menggunakan tanah juga membuat garam tercemar tanah sehingga terkontaminasi kebersihannya.
Melihat hal tersebut, KTG yang bekerja sama dengan Pusat Studi Pesisir dan Kelautan (PSPK) Universitas Brawijaya membuat inovasi tunnel garam “TUNNEL 3” untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Dengan menggunakan Tunnel Garam “TUNNEL 3”, petani dapat bertambak di segala musim karena garam akan terlindungi apabila hujan datang. Alas yang menggunakan Geomembrane juga membuat garam tidak tercemar tanah sehingga menghasilkan garam yang lebih bersih dan putih. Dengan menggunakan Tunnel Garam, petani juga dapat menghasilkan garam dengan kualitas Industri dengan kadar NaCl hingga diatas 97%.
Salah satu kelompok petani garam yang sudah merasakan manfaat Tunnel garam “TUNNEL 3” adalah kelompok tani Jagat Kidul di Kebumen. Garam yang dihasilkan oleh para petani memiliki kualitas tinggi serta memiliki bentuk fisik yang lebih baik dibandingkan saat menggunakan metode tradisional. Dengan meningkatnya kualitas garam yang dihasilkan oleh kelompok pentane garam ini, penghasilan yang diterima setelah panen garam juga ikut meningkat drastis. Selain hasil panen yang meningkat secara kualitas dan kuantitas, lokasi tambak garam para petani garam Jagat Kidul ini sekarang dijadikan lokasi percontohan dan area wisata edukasi garam yang menyedot banyak pengunjung.