Malang – Sudah kita tahu sejak lama, Indonesia menyimpan banyak potensi alam yang bisa menjadi komoditas utama baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri, mulai dari hasil bumi yang melimpah hingga hasil laut yang juga tidak kalah banyaknya. Dari sekian banyaknya hasil alam, salah satu yang memiliki potensi menjadi komoditas besar adalah garam.

Garam merupakan salah satu jenis mineral yang memiliki banyak manfaat. Hal yang umum dijumpai, garam digunakan sebagai salah satu bahan penyedap makanan, tetapi garam ternyata juga banyak digunakan pada berbagai sektor industri . Indonesia sebagai negara yang garis pantai terpanjang kedua di dunia memiliki potensi besar mengolah garam ini karena ketersediaan lahan yang cukup luas. Tercatat beberapa daerah di Indonesia sudah dikenal menjadi penghasil garam nasional seperti di Cirebon, Sampang, Pati, Rembang, Bima, Pamekasan dan lain lain.

Besarnya potensi garam di Indonesia tidak dibarengi dengan pengetahuan dan ketersediaan alat yang membuat hasil garam menjadi tidak maksimal. Terbukti, masih banyaknya petambak garam yang menggunakan cara tradisional hanya dengan memanfaatkan sinar matahari dan angin, sehingga garam hasil produksi sangat bergantung pada cuaca. Apabila hujan datang, petambak tidak bisa melakukan proses pengeringan dan potensi gagal panen semakin besar. Lahan yang digunakan pada tambak garam tradisional juga masih banyak yang hanya beralas tanah, itu mengakibatkan kadar kebersihan garam menjadi berkurang, selain itu cara tradisional ini membuat garam produksi lokal khususnya garam produksi rakyat memiliki mutu yang rendah dengan kadar NaCL 88 hingga 92%, sedangkan garam yang banyak digunakan adalah garam kualitas 1 (K1) dengan kadar NaCl 97%.

Melihat potensi tersebut, PT Kencana Tiara Gemilang (KTG) terus berinovasi dan berupaya untuk membantu petambak garam mendapatkan hasil panen yang maksimal, diantaranya adalah pengenalan tambak garam dengan alas Geomembrane. Penggunaan Geomembrane pada tambak garam dapat mencegah tercampurnya garam dengan tanah, selain menghasilkan garam yang lebih bersih, kandungan pada garam akan terjaga. Karena warna dasar dari Geomembrane adalah hitam, maka akan membantu mempercepat proses pengkristalan garam dibanding tambak tradisional yang hanya menggunakan alas tanah atau terpal.

Tidak hanya Geomembrane, KTG juga bekerja sama dengan Universitas Brawijaya untuk membuat sistem teknologi yang membuat petambak bisa bertambak di sepanjang musim tanpa terkendala cuaca khususnya hujan yaitu dengan menggunakan Tunnel Garam. Sistem ini sudah dikerjakan pada tambak garam di Tuban, Jawa Timur. Dengan menggunakan Tunnel Garam, petani tidak perlu khawatir apabila hujan datang karena garam akan tetap terlindungi. Kandungan NaCl pada hasil garam yang menggunakan tunnel tersebut juga menyentuh angka 97% di mana sudah masuk kategori 1 (K1) atau kualitas terbaik yang bisa diserap untuk keperluan garam industri. Hasil panen garam yang di dapat juga akan bertambah dimana tambak yang menggunakan tunnel bisa menghasilkan 164 ton per hektar dibanding tambak konvensional yang hanya 80 – 100 ton / hektar.