Malang – Makin bertambahnya kesadaran masyarakat akan berkurangnya energi fosil, membuat banyaknya penelitian dan upaya-upaya yang dilakukan untuk mencari penggantinya salah satunya adalah Biogas. Biogas menjadi salah satu energi terbarukan yang banyak digunakan dan dikembangkan di Indonesia mengingat banyak tersedianya bahan pembuat Biogas di Indonesia.
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan –bahan organik termasuk diantaranya : kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam Biogas adalah Metana dan Karbon Dioksida. Biogas juga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik.
Melihat potensi tersebut, Abdau Zidni dan Team dari Jember Futura Energi mulai mengembangkan teknologi Biogas di Banyuwangi, Jawa Timur. Zidni melihat potensi tersebut dari masalah yang dialami para peternak sapi perah yang kesulitan mengolah limbah kotoran yang mencemari lingkungan sekitar yang mulai terganggu dengan bau kotoran. Setelah beberapi kali percobaan, Biogas hasil inovasi Zidni dan Team mencapai hasil terbaik setelah menggunakan Geomembrane Geoprotec KTG.
Sebelum menggunakan Geomembrane KTG, Zidni dan team mencoba membuat wadah Biogas menggunakan plastik PE dan dinding beton. Plastik PE memiliki keunggulan harga yang murah tetapi bahan yang tipis membuat plastik mudah bocor oleh benda dari luar seperti batu. Pengguanaan dinding beton memang lebih kuat dibanding menggunakan plastik, tetapi mudahnya retak konstruksi beton tersebut akan membuat gas merembes keluar, penambalan pun akan lebih rumit karena harus membersihkan kolam dan kurang efekitf karena penambalan tersebut tidak menjamin keawetan untuk jangka panjang, selain itu biaya pembuatan dinding beton juga lebih mahal daripada penggunaan plastik.
Atas pertimbangan tersebut, Zidni akhirnya beralih ke Geomembrane Geoprotec KTG. Zidni merasakan, penggunaan Geomembrane Geoprotec bisa lebih kuat dan awet dari plastik PE dengan tetap lebih ekonomis dari pada penggunaan dinding beton. Setelah menggunakan Geomembrane KTG, hasil produktifitas gas mingkat hingga 50 % karena sifat Geomembrane KTG yang menyerap panas sehingga dapat membantu proses pembuatan gas di dalamnya. Karena bentuk Geomembrane KTG berupa lembaran, Zidni dan Team dapat membuat ukuran wadah Biogas tersebut sesuai dengan keinginan customer.
Selain hasil gas yang bermanfaat, limbah kotoran yang sudah habis gasnya bisa digunakan untuk pupuk kandang yang memiliki kualitas lebih bagus dibanding kotoran yang belum melalui proses fermentasi pada proses pembuatan Biogas.
Zidni berharap stigma buruk akan Biogas dari kotoran sapi ini bisa hilang dari masyarakat sehingga Biogas bisa lebih banyak diterima oleh kalangan yang lebih luas.