Malang – Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang hanya memiliki 2 musim setiap tahunnya, musim hujan yang berlangsung pada bulan Oktober hingga Maret dan musim kemarau yang berlangsung pada bulan April hingga September. Terkhusus musim kemarau, menjadi momok bagi sebagian wilayah di Indonesia. Kurangnya pasokan air akan mengakibatkan bencana kekeringan yang berdampak berantai di masyarakat, mulai dari kurangnya pasokan air untuk pertanian yang rata rata membutuhkan pengairan yang cukup untuk tanaman berkembang, kekurangan air bersih untuk kegiatan sehari hari, dampak kesehatan dan lain sebagainya. Untuk menghindari dampak dari kekeringan tersebut, perlu diadakannya kerjasama dari semua lapisan masyarakat untuk merancang dan melaksanakan program siaga bencana kekeringan di daerahnya masing masing. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah merilis 6 tips yang bisa menjadi panduan untuk mengantisipasi bencana kekeringan di masa mendatang.
Pertama adalah mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sumber air yang ada secara efektif dan efisien. Pada saat kekeringan tiba, sumber air akan menjadi langka karena minimnya air yang keluar bahkan berpotensi keringnya sumber air karena kurangnya air dari hujan ditambah penguapan air yang lebih besar di saat musim kemarau tiba. Memanfaatkan sumber air secara efektif dan efisien artinya adalah menggunakan sumber air yang ada dengan sebijak bijaknya sesuai dengan kebutuhan tanpa membuang buang air untuk keperluan yang tidak menjadi kebutuhan utama, karena pada saat kekeringan tiba, sumber air tersebut akan menjadi satu satunya air bersih yang bisa di manfaatkan oleh masyarakat. Dengan penggunaan sumber air secara efektif dan efisien, masyarakat akan memiliki cadangan air yang bisa di manfaatkan selama kekeringan berlangsung sehingga dampak negatif dari kekeringan akan berkurang.
Kedua adalah memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang tesedia untuk keperluan air baku yang digunakan menjadi air bersih. Air baku adalah air yang bersal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/ air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu untuk air minum atau air bersih. Saat kekeringan datang, sudah dipastikan sumber air akan berkurang derastis, selain efisien dan efektif dalam penggunaan air, masyarakat juga harus untuk memprioritaskan kegunaan air tersebut untuk digunakan di sektor yang paling penting yaitu keperluan air bersih yang digunakan untuk kebutuhan sehari hari seperti untuk kebutuhan minum, mandi, mencuci dan memasak.
Ketiga adalah ajakan untuk kembali menanam pohon di sekitar lingkungan. Pohon sangat berkontribusi terhadap siklus air. Lewat akar pohon, air akan diserap yang nantinya dialirkan ke daun, menguap lalu dilepaskan ke lapisan atmosfer. Ketika pohon-pohon ditebang, daerah tersebut akan menjadi gersang dan daya serap tanah di daerah tersebut akan banyak berkurang. Dengan hilangnya daya serap tanah, hal tersebut akan berimbas pada saat musim kemarau tiba, di mana dalam tanah tidak ada lagi cadangan air yang seharusnya bisa digunakan pada saat musim kemarau. Hal ini disebabkan karena pohon yang bertindak sebagai tempat penyimpan cadangan air tanah tidak ada lagi sehingga Ini akan berdampak pada terjadinya kekeringan yang berkepanjangan dan juga akan menyebabkan terjadinya penurunan sumber daya air.
Keempat, dengan memberikan perlindungan sumber air bersih yang tersedia dan melakukan panen dan konservasi air. Panen air adalah proses penampungan air hujan atau air aliran permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada saat curah hujan rendah. Konservasi air adalah penggunaan air yang sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan. Pasokan air pada saat musim kemarau akan banyak berkurang dimana kebutuhan air tidak ikut berkurang malah akan semakin bertambah. Dengan melakukan panen air sebelum musim hujan, maka akan menambah cadangan air yang dapat digunakan pada saat musim kemarau dan kekeringan tiba. Selain melakukan panen air dengan menampung aliran air yang ada pada saat musim hujan, perlindungan tempat penampungan air atau sumber air juga harus diperhatikan, jangan sampai sumber air tersebut digunakan untuk kegiatan yang bisa mencemari air hasil tampungan, yang menyebabkan air tersebut tidak bisa digunakan pada saat musim kemarau dan kekeringan tiba.
Tips kelima adalah dengan membuat dan memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester semen atau ubin keramik. banyaknya lahan terbuka yang diplester semen atau ubin akan menutup resapan untuk air hujan ke dalam tanah, padahal air dalam tanah bisa menjadi cadangan air bersih saat musim kemarau dan kekeringan datang. Dengan menyediakan lahan resapan yang tidak ditutup oleh semen atau ubin, maka secara tidak langsung akan menambah cadangan air yang dikumpulkan dari resapan air di musim hujan dan digunakan saat musim kemarau dan kekeringan tiba.
Tips terakhir adalam membuat waduk / embung yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Waduk atau embung adalah wadah yang disiapkan untuk menampung air, baik dari air hujan atau air aliran sungai. Daerah yang memiliki potensi kekeringan tetapi kekurangan sumber air baik karena lokasi yang terlalu jauh atau volume air yang tidak sebanding dengan jumlah masyarakat yang menggunakan air, sangat disarankan untuk membangun waduk/embung. Waduk/embung yang dibangun ini nantinya akan bermanfaat saat musim kemarau dan kekeringan tiba. Selain menjadi sumber air untuk kebutuhan sehari hari dimusim kemarau, air pada waduk/embung bisa digunakan untuk mengaliri lahan pertanian.