Salah satu komoditi hortikultura yang umum dijumpai adalah cabai merah. Baik itu jenis cabai merah besar ataupun cabai merah keriting. Tidak diragukan lagi bahwa orang Indonesia dan cabai merupakan dua hal yang merekat satu sama lain. Cabai di Indonesia, tidak seperti lada dan jahe, lebih menarik saat dikonsumsi mentah, oleh karena itu pula menjadikannya lebih menarik.
Cabai sendiri merupakan buah pedas dari tanaman genus Capsicum yang memiliki banyak jenis. Beberapa di antaranya adalah cabai rawit (Capsicum frutescens), cabai merah dan cabai keriting (Capsicum annum L) serta cabai hijau (Capsicum annum var. annuum).
Tapi tahukah Anda? Bahwa cabai bukanlah tanaman asli negeri ini. Namun sensasi pedas ternyata bukanlah berasal dari Indonesia. Lada dulunya dibawa oleh para pedagang India sekitar 600 tahun sebelum Masehi. Jahe datang tidak jauh dari periode tersebut yang juga dibawa oleh pedagang Tiongkok maupun India.
Tanaman cabai awalnya berasal dari benua Amerika, tepatnya di bagian tengah dan selatan. Kira-kira, penggunaan cabai digunakan pada tahun 7000 SM oleh suku Indian. Sekitar tahun 5200 – 3400 SM, cabai mulai dipergunakan secara luas oleh semua penduduk asli di benua Amerika. Pada saat itu pula, suku Indian mulai membudidayakan cabai dengan cara mencangkok atau menyetek.
Sampai saat ini harus di ingat bahwa tanaman ini sebenarnya tidak ada bukti penyebaran cabai. Namun dapat diperkikan cabai masuk ke Indonesia sekitar abad XV hingga XVI, di mana Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Pada tahun 1512 dan 1521, Portugis melakukan perundingan dengan penguasa kerajaan Sunda. Lalu, Portugis dan kerajaan Sunda menandatangani perjanjian dagang, dan pemberian hak kepada Portugis untuk membangun benteng di Sunda Kelapa. Pada tahun berikutnya, Portugis mengirimkan kapal yang berisi barang-barang berharga untuk dipersembahkan kepada Raja. Kemungkinan, salah satu dari barang tersebut adalah bibit cabai.
Tanaman cabai merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang memiliki peranan penting di Indonesia. Tanaman cabai selama ini ditanam secara musiman (seasonal), yang dilakukan pada awal musim hujan, yaitu pada bulan Oktober-November untuk lahan tadah hujan dan bulan Maret-April untuk lahan beririgasi teknis. Salah satu cara menanam cabai adalah dengan sistem mulsa plastik yang merupakan salah satu teknik menanam cabai yang banyak di pakai untuk membudidayakan tanaman cabai, terutama untuk mereka para petani yang hendak menanam dalam skala luas. Cara menanam dengan sistem mulsa plastik ini hanya diterapkan karena mudah dalam proses persiapan, perawatan serta minim biaya.
Penggunaan mulsa plastik sejatinya telah lama ada. Pertama kali dilakukan oleh Prof. Emery Myers pada tahun 1948 di Universitas Kentuckey. Prof. Emery Myers berusaha mengganti rumah kaca dengan mulsa karena persoalan biaya. Sebagai gantinya ia menciptakan rumah plastik, yang hingga sekarang plastik telah banyak digunakan di bidang budidaya pertanian.
Sebetulnya, mulsa sintetis telah digunakan sejak I 920 an dari bahan kertas. Baru kemudian akhir rahun 1950 an pemakaian mulsa plastik merebak setelah diperkenalkan oleh Prof. Emery. Sejak itu pemakaian mulsa plastik sebagai metode pertanian mulai menyebar ke seluruh dunia dan merupakan suatu metode yarg penting untuk memperbaiki produksi hasilhasil pertanian. Metode mulsa ini menjadi cara bercocok tanam utama di negara Jepang, baik untuk pertanian di lahan terbuka maupun di rumah plastik.
Apa saja manfaat mulsa plastik untuk pertanian?
- Menghambat pertumbuhan gulma
- Menjaga kestabilan agregat tanah
- Menurunkan potensi kehilangan kimia tanah seperti Nitrat, Sulfat,Ca, Mg dan K
- Mencegah evaporasi air tanah yang berlebihan
- Meningkatkan hasil panen
Oleh karena itu, supaya mengurangi faktor resiko budidaya cabai sudah seharusnya menggunakan mulsa yang berkualitas. PT Kencana Tiara Gemilang memproduksi mulsa dengan merk Topi Gunung dengan masa pakai 3 – 4 kali musim penanaman. Dengan mulsa Topi Gunung yang Pas Panjangnya, Praktis Pasangnya, dan Pasti Awetnya, membantu Anda memaksimalkan budidaya pertanian, terutama cabai.
Dengan menggunakan mulsa Topi Gunung maka Anda telah berhasil melakukan konservasi lahan pertanian. Ketika anda melakukan konservasi tanah maka secara langsung anda sedang mempersiapkan pertanian yang berkelanjutan. Pertanian yang dapat diwariskan kepada anak cucu tercinta. Lahan yang baik akan membuahkan hasil pertanian yang baik pula, oleh sebab itu menjaga kondisi lahan pertanian agar tetap baik merupakan investasi yang tidak ternilai harganya.